-Terima Kasih atas Sakit Hatiku Ini-

Seseorang yang sangat aku sayangi, sebut saja dia Shasya.
Berawal dari jejaring sosial di internet aku melihatnya begitu memikat hatiku. Ternyata dia adalah teman dari sahabatku yang bernama Roy, sungguh bahagianya aku mengetahui hal tersebut. Tanpa berpikir panjang, aku pun meminta sahabatku untuk segera mengenalkan Shasya padaku. Yaah,, biasa lah naluri seorang cowok yang melihat cewek cantik dan menarik, begitu mengagumkan buatku.

Hari itu aku bersama dengan teman-temanku menghabiskan waktu di sebuah mall di kota tepat tinggal kami. Teman dari Shasya yang tak lain adalah sahabatku memberitahuku bahwa shasya ingin bertemu dengannya. Tanpa berpikir panjang, dan sudah pasti aku meminta Roy untuk mengenalkan Shasya padaku. Tak lama kemudian kami bertemu dan berkenalan.
"Sudah ku duga, tak salah lagi, benar-benar seperti yang aku bayangkan! Dia begitu cantik dan menarik, senyumnya, matanya, wajahnya, luar biasa. Membuat jantungku berdetak dengan begitu kencangnya."
Sebuah kebetulan, aku sedang jomblo jadi ga salah kan kalau aku memulai satu hubungan pertemanan dengan Shasya. Singkat cerita kami pun semakin dekat, semakin dekat dan sudah pasti akhirnya kami pun memutuskan untuk berpacaran. Luar biasa rasanya mendapatkan gadis yang aku idam-idamkan selama ini. Dia benar-benar orang yang saat itu ada di hatiku, bisa mengobati rasa sakitku yang lalu.
"Dalam sebuah hubungan berpacaran, sudah pasti kita semua menginginkan yang terbaik untuk pasangan kita. Apalagi aku, aku yang mendapatkan seorang Shasya, gadis yang ak idam-idamkan selama ini. Duniaku terbius olehnya." 
 "AKU begitu menyayanginya, SANGAT menyayanginya"
Hari berganti hari, Shasya pun harus meninggalkanku karena dia hanya ke kota ku untuk meneruskan kuliahnya. Aku sangat mengerti setiap hari dia di sibukkan dengan berbagai macam kegiatan, keluarga yang juga buruh perhatiannya dan masih banyak hal-hal yang lainnya. Tapi suatu saat aku mulai jenuh, aku merasa  ada yang aneh padanya, tanpa kabar dan tiba-tiba dia datang kembali. Aku sempat lega karena dia mengabariku. Bagaimana tidak, aku benar-benar khawatir dengan keadaannya. Sampai suatu saat dia meminta untuk mengakhiri hubungan kami. 
"Aku bingung! Aku benar-benar merasa hancur! Aku menyayanginya! Sungguh aku mencintainya! Apapun ku lakukan untuknya! Sampai pun aku hampir mempertaruhkan nyawaku pada saat aku menyelamatkannya dari mantan kekasihnya yang berbuat kasar padanya!!"
Seperti biasa, aku menceritakan keluh kesahku kepada sahabatku, Yola. Saat itu aku merasa hanya Yola yang dapat memberi ku masukan, yaa untuk sedikit menenangkan pikiranku. Seperti biasa, Yola kembali memberiku semangat dan sebuah pilihan. Memilih untuk mencari tau apa yang terjadi pada Shasya, atau melupakan Shasya yang tiba-tiba memutuskan hubungan kami. Akupun terdiam, aku hanya berkata pada Yola, aku tetap menyayanginya. Entah mengapa saat itu Yola menyuruhku untuk berhati-hati. Tapi seperti biasa, aku menganggap terkadang cewek suka melebih-lebihkan imajinasi mereka. Korban sinetron!

Sampai pada saat dimana aku bertemu lagi dengan Shasya, dia datang padaku dengan tangisan, membuatku tak bisa berkata-kata. Dia menjelaskan banyak hal, dia bercerita begitu banyak masalah yang terjadi dalam hidupnya. Akupun tetap berusaha menjaganya, membuat dia nyaman padaku, dan aku membawanya kepada Yola. Mereka ngobrol, menghabiskan waktu bersama. 
Saat itu aku berpikir, membiarkan dia tetap bersama Yola untuk beberapa waktu, karena menurutku bersama Yola, Shasya bisa merasa aman.
Yang terlewatkan dipikiranku saat itu adalah nasihat-nasihat dari sahabat-sahabatku, Yola dan Roy.
"Aku terus diingatkan untuk lebih berhati-hati agar Shasya tidak membuatku sakit hati lagi."
Tapi apalah artinya, sekarang Shasya sudah ada bersamaku, bahkan hampir setiap saat dia bersamaku, menghabiskan waktu bersamanya. Lagi-lagi aku menegaskan, aku mencintainya! Tanpa memikirkan kesalahan-kesalahan yang telah ia lakukan.
Sampai suatu saat, puncak dari segalanya. Shasya membuatku marah!
Dia menghilang tanpa kabar, dia benar-benar membuatku marah. Dia memaksaku untuk menerima suatu kenyataan bahwa dia telah memiliki kekasih yang lain.
Aku mencarinya kemana-mana, sampai akhirnya aku menemukannya disuatu tempat yang adalah rumahnya yang sebenarnya.
"Dia tak lain adalah seorang pembohong! Dia menipuku habis-habisan, bukan cuma aku, semua orang yang kenal padanya pun di bohongi. Dengan air matanya dia datang pada banyak orang. Dia sama sekali tidak menghargai aku! Jangankan aku, orang tuanya pun di bentak-bentak! Dia bercerita yang tidak benar tentang keluarganya."
"Betapa sakitnya aku! Betapa hancurnya aku! APA SALAHKU!!!!!!" 
Untuk kesekian kalinya aku disakiti, untuk kesekian kalinya aku mencoba menerimanya kembali, ternyata dia sama sekali tidak menghargaiku. Kadang aku bertanya pada diriku sendiri, apa salahku??? Mengapa dia tega berbuat seperti itu padaku??? Pada orang yang selama ini berusaha menjaganya, membantunya, memberikan yang terbaik untuknya, bahkan hampir mati cuma karena dia!!


Aku menolak mendengarkan masukan-masukan dari kedua sahabatku, hanya karena aku dibutakan oleh Shasya. Aku selalu menolak mendengarkan mereka, bahkan saat Yola ingin memberitahukan banyak hal tentang Shasya padaku. 
Aku menutup telingaku rapat-rapat saat Yola bercerita tentang Shasya.
"Aku jadian sama doi cuma bercandaan aja, ga ada niatan serius, doi aja tuh yang mikirnya kita jadian. Padahal ga sama skali. Soal putus, gimana bisa putus, jadi aja ngga! Kege'eran aja si doi!"
Begitulah ucapan Shasya pada Yola saat itu. Andai saja telingaku ku buka, andai saja pikiranku dapat berjalan normal saat itu. Mungkin aku tidak sehancur ini. Entahlah apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku hanya ingin bahagia bersama orang yang aku cintai, dan tentunya mencintaiku juga dengan sepenuh hatinya.

"Cukup Shasya yang memberi tinta hitam dalam kertas hatiku. Makasih yaa, Shasya..."